Bagaimana hubungan antara Banjir di Sumatera dengan Penggundulan/Perubahan Hutan Menjadi Kebun Sawit dan Kondisi Iklim Saat Ini?
Berikut adalah rangkuman temuan terbaru yang menjelaskan hubungan antara banjir di Sumatera, penggundulan/perubahan hutan jadi kebun sawit, dan kondisi iklim.
Pada intinya: bukti kuat menunjukkan keduanya berkontribusi — penghilangan vegetasi dan perubahan tutupan lahan memperbesar risiko banjir/longsor di level lokal/wilayah tangkapan air, sementara perubahan iklim meningkatkan intensitas hujan ekstrem yang memicu kejadian tersebut. Berikut detailnya secara ringkas, disertai sumber di tiap bagian.
Kejadian banjir terkini di Sumatera (ringkasan fakta penting)
l Pada akhir November 2025 terjadi banjir bandang dan longsor melanda beberapa provinsi di Pulau Sumatra (termasuk Sumut, Aceh, Sumbar), dengan korban jiwa besar, ribuan rumah terdampak dan ratusan hilang/tergusur. Pemerintah dan media menyebut hujan monsun yang sangat deras dan sisa atau pengaruh siklon tropis sebagai pemicu langsung. (AP News)
Tren penggundulan hutan dan konversi ke perkebunan sawit di Sumatera
l Analisis satelit dan laporan NGO/peneliti menunjukkan bahwa deforestasi terkait perkebunan sawit meningkat lagi setelah periode penurunan; Sumatra tetap menjadi pulau dengan deforestasi dan ekspansi sawit yang signifikan. Laporan menunjukkan lonjakan deforestasi yang terkonsentrasi di beberapa konsesi di Sumatra (mis. peningkatan tajam pada 2022–2023 dibanding tahun sebelumnya). (SEI)
l Kasus operasional dan penertiban juga terjadi: pemerintah/penegak menindak kebun sawit ilegal dan ada pelepasan/penyitaan hamparan kelapa sawit yang dibangun di kawasan hutan/TPK (contoh: operasi di Tesso Nilo). Ini menggambarkan adanya luas konversi lahan yang berhubungan dengan industri dan kegiatan ilegal. (Reuters)
Kondisi iklim dan tren hujan ekstrem di wilayah Sumatra
l Studi klimatologi dan analisis model menunjukkan adanya peningkatan frekuensi/intensitas hujan ekstrem di Sumatera dalam beberapa dekade terakhir — proyeksi iklim (CMIP) juga memperlihatkan peningkatan kejadian hujan ekstrem di bawah skenario pemanasan. Beberapa penelitian lokal (trend analysis 1981–2010 dan dinamis downscaling) menemukan kecenderungan naiknya kejadian hujan ekstrem di pulau ini. (ResearchGate)
l Pada kejadian terkini otoritas meteorologi dan beberapa laporan menyinggung adanya “atmospheric instability” yang terkait dengan siklon/monsoon yang memperparah curah hujan. (AP News)
Mekanisme fisik: bagaimana deforestasi / konversi sawit meningkatkan risiko banjir dan longsor
l Hutan alami menahan air — akar dan lapisan organik meningkatkan infiltrasi, mengurangi aliran permukaan cepat. Ketika hutan dibuka untuk kebun (apalagi jika dilakukan dengan pengeringan gambut, pengurukan, atau pembangunan kanal/akses jalan), kapasitas lahan menahan hujan menurun dan runoff cepat meningkat → banjir lebih besar dan lebih cepat. Penggundulan juga meningkatkan kerentanan lereng terhadap longsor. (bukti ilmiah dan kajian hidrologi mendukung mekanisme ini). (CIFOR-ICRAF)
l Praktik kebun sawit skala besar seringkali disertai drainase, kanal, dan pengurukan—khususnya di lahan gambut—yang mengubah aliran air regional dan dapat memperparah banjir di hilir. Laporan-laporan investigatif dan kajian lapangan menyebutkan kontribusi perubahan tata guna lahan terhadap kerentanan banjir. (Mongabay)
Hubungan sebab-akibat: apakah banjir murni karena iklim yang berubah?
l Tidak murni karena iklim. Bukti menunjukkan peran gabungan:
Ø Iklim berubah → meningkatkan probabilitas hujan ekstrem dan intensitas peristiwa yang memicu banjir.
Ø Perubahan tutupan lahan & deforestasi → memperbesar kerentanan sistem hidrologi lokal terhadap hujan ekstrem (lebih banyak runoff, erosi, drainase yang diubah), sehingga hujan yang sama dapat menghasilkan banjir yang lebih parah dibanding saat hutan masih utuh.
l Untuk setiap peristiwa banjir perlu attribution study (analisis atribusi) yang mengkuantifikasi proporsi pengaruh iklim vs pengaruh tata guna lahan pada skala DAS (daerah aliran sungai) tertentu. Secara umum, literatur dan kejadian lapangan di Sumatra menunjukkan kombinasi keduanya memberi dampak paling besar. (InderScience Online)
Kekuatan bukti (singkat)
l Kejadian terbaru didorong oleh hujan ekstrem/monsoon (bukti meteorologis & laporan media). (AP News)
l Deforestasi/konversi sawit di Sumatra meningkat/masih signifikan pada beberapa area → bukti kuat bahwa tutupan lahan berubah. (SEI)
l Eksperimen/pemodelan dan studi pengelolaan lahan menunjukkan perubahan tutupan meningkatkan runoff dan risiko longsor — sehingga kombinasi hujan ekstrem + lahan terdegradasi menghasilkan banjir lebih parah. (CIFOR-ICRAF)
Kesimpulan singkat — jawaban langsung atas pertanyaan di atas
- l Apakah ada hubungan kuat? Ya. Terdapat hubungan kuat dan masuk akal secara fisik antara penggundulan/perubahan hutan menjadi perkebunan sawit dan peningkatan kerentanan terhadap banjir/longsor di banyak daerah Sumatra.
- l Apakah banjir ini murni karena kondisi iklim yang intensitasnya meningkat? Tidak murni. Perubahan iklim meningkatkan frekuensi/intensitas hujan ekstrem, tetapi kerusakan hutan dan konversi lahan memperbesar dampak (lebih banyak runoff, erosi, longsor). Kombinasi keduanya menjelaskan mengapa dampak sekarang lebih besar di beberapa lokasi.
Rekomendasi singkat (untuk pembuat kebijakan / mitigasi lokal)
l Lakukan penilaian risiko DAS terperinci (identifikasi lokasi yang deforested vs banjir berulang).
l Perkuat penegakan larangan pembukaan lahan ilegal, restore riparian buffer/rehabilitasi hutan di hulu.
l Integrasikan proyeksi iklim (curah hujan ekstrem ke depan) ke rencana tata ruang dan sistem peringatan dini. (Reuters)
Belanja Online, Banyak Diskon. Klik aja!
Inilah Saklar Terbaik untuk Istana Anda!


Tidak ada komentar:
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.