Inilah kisah empat tokoh besar yang pernah saling bersinggungan dalam sejarah Indonesia—dari satu rumah indekos di Surabaya hingga berakhir di jalur perjuangan yang saling bertentangan.
Tiga Jalan dari Satu Rumah: Kisah Soekarno, Musso, dan Kartosuwiryo
Di awal abad ke-20, sebuah rumah sederhana di Surabaya menjadi tempat berkumpulnya para pemuda yang kelak mengubah sejarah Indonesia. Rumah indekos milik Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto itu bukan hanya menjadi tempat tinggal, melainkan juga pusat pertukaran ide, tempat lahirnya cita-cita besar tentang kebebasan, keadilan, dan masa depan bangsa.
Cokroaminoto bukanlah pemilik rumah biasa. Ia adalah pemimpin Sarekat Islam dan orator ulung yang dijuluki Raja Jawa tanpa Mahkota. Di bawah pengaruhnya, tiga pemuda yang tinggal bersamanya—Soekarno, Musso, dan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo—menyerap berbagai ideologi. Meski mereka berasal dari latar belakang berbeda, semangat untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan menyatukan mereka dalam kebersamaan yang mendalam.
Malam-malam di rumah itu dipenuhi diskusi panjang. Mereka membicarakan penderitaan rakyat, ketimpangan sosial, dan harapan membangun negeri yang merdeka. Dari situ, muncul tiga pandangan berbeda tentang arah perjuangan. Soekarno cenderung kepada nasionalisme, Musso tertarik pada komunisme, dan Kartosuwiryo memperjuangkan Islam sebagai dasar negara. Cokroaminoto tidak memaksakan satu arah, melainkan membiarkan ketiganya mencari jalan masing-masing.
Waktu berjalan, dan kebersamaan itu perlahan memudar seiring mereka menempuh jalan hidup yang berlainan.
- Soekarno menjadi tokoh utama kemerdekaan Indonesia. Ia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan menjabat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Ia merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang mengakomodasi keberagaman. Namun, masa tuanya dilalui dalam pengasingan politik hingga wafat pada 21 Juni 1970.
- Musso, setelah sempat ke Uni Soviet, kembali ke Indonesia dan memimpin Pemberontakan Madiun tahun 1948 dengan harapan membentuk Republik Soviet Indonesia. Pemerintah memandang aksi itu sebagai ancaman serius. Musso tewas ditembak saat mencoba melarikan diri dari kejaran tentara Republik.
- Kartosuwiryo memimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan mendirikan Negara Islam Indonesia. Ia berjuang dari hutan ke hutan, hingga akhirnya tertangkap pada 1962 dan dijatuhi hukuman mati karena dianggap memberontak terhadap negara.
HOS Cokroaminoto, sang guru, wafat lebih awal pada tahun 1934. Ia tidak menyaksikan murid-muridnya berpisah jalan, tetapi warisan pemikirannya tetap hidup. Ia telah membentuk generasi pejuang dengan pandangan yang tajam dan semangat yang menyala-nyala.
Meski akhirnya mereka berada di kubu yang bertentangan—bahkan sebagian menjadi musuh negara yang dulu mereka perjuangkan bersama—kebersamaan mereka di Surabaya adalah babak penting yang menunjukkan bahwa ideologi besar sering tumbuh dari ruang sempit dan diskusi hangat antar sahabat.
Persahabatan mereka mengajarkan kita satu hal penting: bahwa perbedaan jalan bukanlah akhir dari saling menghormati. Dalam perjuangan, setiap orang berhak menemukan arah sendiri. Namun, akar yang sama—cinta kepada tanah air dan semangat memperbaiki nasib rakyat—adalah benih yang tak boleh dilupakan.
Seperti mata air yang memisah menjadi sungai-sungai dengan arah berbeda, mereka berasal dari satu sumber: harapan untuk Indonesia yang lebih adil.
🏠 Ringkasan Hubungan Mereka: Satu Atap, Tiga Ideologi
Ketiga tokoh ini — Soekarno, Musso, dan Kartosuwiryo — pernah tinggal bersama di rumah indekos milik HOS Cokroaminoto di Surabaya pada awal abad ke-20. Cokroaminoto adalah mentor mereka, pemimpin Sarekat Islam, dan orator ulung yang dijuluki Raja Jawa tanpa Mahkota.
Di bawah bimbingannya:
- Soekarno menyerap semangat nasionalisme dan kelak merumuskan Pancasila.
- Musso tertarik pada ideologi komunisme dan kemudian bergabung dengan PKI.
- Kartosuwiryo mendalami Islam politik dan bercita-cita mendirikan negara Islam.
📘 Biografi Singkat & Akhir Kisah Mereka
Tokoh | Peran & Ideologi | Akhir Hidup |
---|---|---|
Soekarno |
Proklamator, Presiden pertama RI, nasionalis |
Lengser tahun 1967, wafat dalam pengasingan di Wisma Yaso, Jakarta pada 21 Juni 1970 |
Musso |
Pemimpin PKI, tokoh pemberontakan Madiun 1948 |
Tewas ditembak saat melarikan diri dari kejaran TNI di Ponorogo, 31 Oktober 1948 |
Kartosuwiryo |
Pemimpin DI/TII, pendiri Negara Islam Indonesia |
Ditangkap di Gunung Rakutak, dihukum mati oleh pemerintah RI pada 5 September 1962 |
H.O.S. Cokroaminoto |
Pemimpin Sarekat Islam, guru bangsa |
Wafat karena sakit setelah Kongres SI di Banjarmasin, 17 Desember 1934 |
🔀 Dari Persahabatan ke Pertentangan
Meski awalnya bersahabat dan belajar dari guru yang sama, ketiganya—Soekarno, Musso, dan Kartosuwiryo—akhirnya berada di jalur perjuangan yang saling berseberangan:
- Soekarno menolak komunisme dan negara Islam, memilih jalan tengah: Pancasila.
- Musso ingin mengganti pemerintahan RI dengan sistem Soviet.
- Kartosuwiryo menolak Pancasila dan mendirikan Negara Islam Indonesia.
Tragisnya, dua dari mereka (Musso dan Kartosuwiryo) tewas sebagai pemberontak terhadap negara yang dulu mereka perjuangkan bersama Soekarno.
================================
Berikut adalah tautan sumber valid dari Wikipedia yang memuat informasi biografi dan peran sejarah keempat tokoh yang kamu minta:
🧠 Soekarno
- Sukarno – Wikipedia (Bahasa Inggris)
- Sukarno – Wikipedia (Bahasa Indonesia)
- Sukarno – Simple English Wikipedia
🔴 Musso
🟢 Kartosuwiryo
- Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo – Wikipedia (Bahasa Inggris)
- Darul Islam rebellion – Wikipedia (Bahasa Inggris)
- Darul Islam (Indonesia) – Wikipedia (Bahasa Inggris)
- Pemberontakan Darul Islam – Wikipedia (Bahasa Indonesia)
- Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo – Wikipedia (Bahasa Jerman)
🟡 HOS Cokroaminoto
- Oemar Said Tjokroaminoto – Wikipedia (Bahasa Inggris)
- Oemar Said Tjokroaminoto – Wikipedia (Bahasa Indonesia)
- Omar Said Cokroaminoto – Wikipedia (Bahasa Melayu)
- Museum HOS Tjokroaminoto – Wikipedia (Bahasa Indonesia)
Tidak ada komentar:
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.