Berikut adalah beberapa mitos malam 1 Suro yang salah kaprah jika dilihat dari sudut pandang agama Islam.
🔥 1. Malam 1 Suro adalah malam keramat penuh mara bahaya
Mitos: Banyak yang percaya bahwa malam 1 Suro adalah malam angker dan berbahaya. Orang tidak boleh keluar rumah, bepergian jauh, atau menggelar pesta pernikahan karena dikhawatirkan membawa sial.
Pandangan Islam:
Dalam Islam, tidak ada hari atau malam yang dianggap membawa sial secara khusus, termasuk malam 1 Muharam. Semua hari adalah ciptaan Allah dan memiliki kedudukan yang sama, kecuali yang memang disebut dalam syariat sebagai hari mulia (seperti Jumat, malam Lailatul Qadar).
Takut keluar rumah atau menghindari kegiatan karena "malam keramat" adalah bentuk tahayul.
🔮 2. Malam 1 Suro adalah saat “pintu alam gaib terbuka”
Mitos: Dikatakan bahwa di malam 1 Suro, dunia gaib terbuka lebih lebar, makhluk halus berkeliaran, dan energi mistis menguat.
Pandangan Islam:
Islam tidak mengajarkan hal seperti ini. Dunia gaib memang ada (jin dan malaikat), tapi tidak ada dalil yang menyebut bahwa di malam 1 Muharam mereka “lebih aktif” dari biasanya.
Kepercayaan semacam ini berasal dari warisan animisme-dinamisme dan budaya Hindu-Jawa, bukan dari ajaran Islam.
💍 3. Tidak boleh menikah di bulan Suro karena akan sial
Mitos: Banyak orang menunda pernikahan karena takut rumah tangga mereka tidak langgeng jika menikah di bulan Suro.
Pandangan Islam:
Islam tidak mengenal bulan sial. Menikah adalah ibadah yang baik dan mulia, dan tidak ada larangan menikah pada bulan Muharam. Menunda pernikahan karena takut sial adalah khurafat (kepercayaan tak berdasar) yang bertentangan dengan tauhid.
🗡️ 4. Melakukan ritual tirakat, kungkum, atau topo bisu untuk mendapatkan kekuatan gaib
Mitos: Dianggap bahwa melakukan kungkum (berendam tengah malam), berpuasa tanpa sahur, atau topo bisu (diam seribu bahasa) akan mendatangkan kekuatan batin atau perlindungan gaib.
Pandangan Islam:
Islam mengajarkan ibadah dan tirakat yang jelas dalilnya, seperti puasa, zikir, doa, dan shalat malam. Ritual-ritual mistik yang tidak berdasar pada syariat justru berpotensi menyesatkan. Bahkan bisa masuk ke dalam bid’ah atau syirik jika diniatkan untuk mencari kekuatan selain dari Allah.
👻 5. Malam Suro harus diisi dengan menjauhi semua kebahagiaan
Mitos: Ada yang menganggap malam Suro harus diisi dengan kesedihan dan menjauhi hiburan atau keceriaan, bahkan dilarang tertawa.
Pandangan Islam:
Islam tidak melarang kebahagiaan di bulan Muharam. Yang diajarkan adalah introspeksi diri, memperbaiki niat, dan memperbanyak amal baik. Selama tidak melanggar syariat, bergembira dan berkumpul bersama keluarga adalah hal yang mubah (boleh), bahkan dianjurkan jika membawa kebaikan.
Banyak mitos malam 1 Suro yang berkembang dari budaya dan kepercayaan lokal, bukan dari Islam.
Islam mengajarkan bahwa:
-
Takdir baik dan buruk datang dari Allah, bukan dari waktu tertentu.
-
Syariat menjadi pegangan utama, bukan ramalan atau mitos.
-
Semua malam bisa menjadi malam yang baik jika digunakan untuk ibadah dan kebaikan.
Maka, sebagai Muslim, kita tidak perlu takut atau terikat oleh mitos, tapi cukup dengan memperkuat iman, amal saleh, dan tauhid.
Namun demikian, meskipun secara agama Islam beberapa mitos malam 1 Suro dianggap tidak berdasar atau salah kaprah, jika kita melihat dari sudut pandang budaya dan nilai-nilai sosial, mitos-mitos tersebut sebenarnya memiliki hikmah dan fungsi yang positif bagi masyarakat.
🛑 1. Mitos: Malam 1 Suro adalah malam keramat penuh mara bahaya
Penjelasan Budaya (Jawa & Sunda):
Kepercayaan ini mungkin lahir sebagai bentuk ajakan untuk berhati-hati, introspeksi, dan mengurangi aktivitas duniawi, terutama saat malam tiba. Dalam konteks budaya agraris dan spiritual seperti masyarakat Jawa, malam 1 Suro menjadi simbol perenungan dan keheningan, bukan malam untuk berpesta atau bersenang-senang.
Tujuannya:
✅ Menumbuhkan sikap hati-hati
✅ Mendorong masyarakat untuk beristirahat, berkumpul di rumah, dan berdoa bersama keluarga
🌀 2. Mitos: Pintu alam gaib terbuka di malam 1 Suro
Penjelasan Budaya (Jawa mistik):
Kepercayaan ini sebenarnya memberi pesan bahwa pada malam tersebut, suasana batin dan spiritual manusia lebih peka. Maka dianjurkan untuk berlaku sopan, menjaga ucapan, dan menjaga diri dari perbuatan buruk.
Ini mencerminkan pandangan Jawa tentang "manunggaling jagad cilik lan jagad gedhe" (kesatuan antara makro dan mikrokosmos).
Tujuannya:
✅ Mendorong orang untuk berlaku tenang dan sadar diri
✅ Menghindari konflik, maksiat, atau kesembronoan
💍 3. Mitos: Tidak boleh menikah di bulan Suro karena akan sial
Penjelasan Sosial-Budaya:
Bulan Suro adalah bulan spiritual dan dianggap saat untuk memulai kehidupan batin yang bersih. Melangsungkan pesta pernikahan yang ramai bisa dianggap tidak pantas pada waktu yang dianggap sakral. Selain itu, mitos ini bisa dilihat sebagai cara menjaga ketertiban sosial, agar bulan ini difokuskan untuk ritual-ritual adat dan keagamaan, bukan pesta.
Tujuannya:
✅ Menghindari tabrakan antara budaya pesta dan budaya ritual
✅ Menguatkan nuansa religius dan sakral di masyarakat
🧘♂️ 4. Mitos: Harus tirakat seperti kungkum dan topo bisu untuk memperoleh kekuatan batin
Penjelasan Budaya Jawa:
Tradisi tirakat seperti berendam malam (kungkum) atau diam (topo bisu) adalah simbol latihan pengendalian diri dalam budaya Jawa. Meski tidak diajarkan secara eksplisit dalam Islam, praktik ini mengajarkan:
-
kesabaran,
-
penguatan mental,
-
menyepi untuk merenungi kehidupan,
yang semuanya sejalan dengan semangat spiritualitas dan muhasabah dalam Islam.
Tujuannya:
✅ Membentuk pribadi yang kuat lahir batin
✅ Menumbuhkan kedisiplinan, kerendahan hati, dan keheningan batin
😔 5. Mitos: Harus bersikap sedih dan tidak boleh gembira di bulan Suro
Penjelasan Sosial dan Budaya:
Ini adalah cara tradisional untuk menahan hawa nafsu, sekaligus menghormati nilai-nilai spiritual bulan tersebut. Bukan berarti tidak boleh bahagia, tetapi mengendalikan euforia, menjauhkan diri dari kemewahan atau pesta berlebihan.
Ini sejalan dengan konsep "eling lan waspada" (ingat dan waspada) dalam filosofi Jawa.
Tujuannya:
✅ Menyeimbangkan emosi dan spiritualitas
✅ Mengajak masyarakat untuk mengendalikan diri dan bersikap bijak
📌 Kesimpulan
Mitos-mitos malam 1 Suro memang tidak sesuai dengan syariat Islam secara literal, namun dalam konteks budaya, mitos tersebut:
-
Berfungsi sebagai alat pendidikan moral
-
Menjadi pengingat spiritual
-
Membantu menjaga harmoni sosial dan batiniah
Alih-alih ditolak mentah-mentah, mitos dapat dijadikan sarana kearifan lokal, selama tidak menyalahi aqidah dan syariat.
Seperti pepatah Jawa:"Nguri-uri kabudayan, nanging ora nganti nglanggar agama."(Menjaga budaya, tapi tidak sampai melanggar agama)
.
Tidak ada komentar:
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.