Pelajar hari ini adalah pemimpin masa depan negeri!
Setiap langkah kecil menuju ilmu adalah lompatan besar menuju cita-cita.

Paling banyak dibaca:

    Curhat Bapak-Bapak 004 - Enak Ya, Kalau dari Kecil Udah “Dikasih Jalan Mulus” alias Privilege.


    https://basando.blogspot.com/



    Curhat Bapak-Bapak 004 - Renungan Hari Sabtu, 30 November 2025


    "Heh, kadang saya suka mikir — enak ya, kalau dari kecil udah “dikasih jalan mulus”. Contohlah Raffi Ahmad itu — banyak orang bilang, ah dia pasti punya “privilege”, keluarga sudah ada nama duluan, hidupnya udah dikasih dari sononya."

     

    “Enak banget ya mereka,” saya sering bergumam di dalam hati sambil ngopi. “Kalau saya, dulu kebayang rumah itu cicilan belasan tahun. Motor itu kredit. Uang sekolah anak juga kadang bikin kepala pusing. Kalau sejak kecil sudah jalan mulus, mungkin sekarang saya bisa santai. Bajunya rapi, mobilnya baru, rumah semi permanen, tanpa beban cicilan. Pengen dong.”


    bapak-bapak di sebuah pos ronda



    Rasa itu kadang bikin iri. Iri sekaligus pengen. Tapi ketika saya cari tahu lebih jauh tentang Raffi — baca bahwa dia mulai dari nol, kerja keras, banting tulang, suka bangun pagi, ikut audisi, nyoba-nyoba, jatuh bangun — tiba-tiba pandangan itu berubah. Ternyata tidak ada yang instan. Tidak ada yang datang tiba-tiba tanpa proses.

    Dan saya sadar, bapak-bapak macam saya juga punya potensi. Kita boleh nggak punya privilege besar dari keluarga. Tapi kita punya sesuatu: niat, usaha, kesungguhan, dan waktu yang masih panjang di hadapan.

    Maka, saya bilang ke diri sendiri — dan ke bapak-bapak lain di warung kopi, di rumah, di jalanan komplek:

    “Kalau bukan kita yang mulai, kapan lagi? Kalau bukan sekarang kita berusaha, siapa tahu nanti anak-anak kita bisa bilang: ‘Ayah dulu rela kerja keras supaya kami yang bisa lebih baik."

    Nggak perlu iri terus. Iri tak bikin kita kaya, cuma bikin hati panas. Mending kita ambil pelajaran: kalau orang lain bisa berjuang dari nol dan sukses — ya kita juga bisa. Dari mana kita mulai? Dari hal kecil: kerja jujur, hemat, bangun mimpi, tabung sedikit-sedikit, ikuti peluang.

    Kalau kita konsisten, sabar, dan nggak nyerah — bukan tak mungkin suatu saat kita juga bisa bangun kehidupan tanpa batang cicilan yang bikin stress. Bukan karena kita “turunan orang kaya”, tapi karena kita sendiri yang berjuang sejak awal.

    Jadi, ayo bapak-bapak semua — mari meredam rasa iri, bangkit dari mimpi manis tanpa kerja keras, dan mulai melangkah. Siapa tahu, jalan kita memang lain dari orang lain… tapi hasilnya bisa sama: merdeka dari beban, punya masa depan lebih baik, dan makan malam tanpa beban rasa takut.




    Betul — kalau dipikir-pikir lagi, Raffi itu cuma satu contoh. Masih banyak banget orang yang sukses tanpa punya privilege sedikit pun. Kadang saya suka ngelamun sendiri, sambil kipasin tagihan listrik yang belum dibayar, “Ya Allah… ternyata banyak orang di luar sana yang dulu hidupnya susah bener, tapi akhirnya bisa berdiri tegak dan nyengir lebar.”

    Ada tuh, tukang ojek yang dulu cuma narik pakai motor butut, terus rajin nabung, akhirnya bisa buka bengkel kecil-kecilan. Ada warung sembako yang dulu mulainya cuma dari kardus mie instan di pinggir rumah, bertahun-tahun dikumpulin, akhirnya bisa jadi minimarket sederhana. Atau petani yang kerja keras dari subuh, hasilnya sedikit-sedikit, tapi sabar, akhirnya bisa beli sawah tambahan.

    Bahkan ada yang lebih ekstrem — dari tidur di lantai rumah petak, makan seadanya, kerja serabutan, tapi karena tekun, disiplin, dan nggak gengsi ambil apa pun yang halal, akhirnya bisa punya usaha sendiri. Semua tanpa kenalan pejabat, tanpa orang dalam, tanpa “tangga emas”.

    Kadang saya malu sendiri. Kita ini suka ngeluh duluan, bandingkan diri dengan orang yang lebih tinggi. Padahal banyak orang yang jauh lebih susah, tapi semangatnya lebih besar.

    Di titik itu saya suka tersentak:

    “Kalau mereka bisa, masa kita nggak bisa? Privilege boleh beda, tapi kemauan kan milik masing-masing.”

    Hidup ini memang adil dengan caranya sendiri. Ada yang diberi kemudahan sejak awal, ada yang diberi jalan terjal supaya lebih kuat. Yang penting bukan seberapa cepat kita sampai, tapi seberapa konsisten kita melangkah.

    Jadi, bapak-bapak yang lagi baca ini — dan buat diri saya sendiri juga — ayo tahan sebentar keluhannya, tarik napas, tegakkan badan. Masih banyak orang yang berhasil dari bawah banget. Artinya, pintu sukses itu tetap terbuka buat siapa saja.

    Yang penting kita terus ketuk…
    …dan jangan berhenti sebelum pintunya terbuka.




    Sumber:



    Tidak ada komentar:

    Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Pengikut

    Diberdayakan oleh Blogger.